Mindset (pola pikir) seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya . secara khusus Jhon naisbit dalam bukunya Mindset ( 2007) menyebutkan "Di tatanan makro, ada orang-orang yang memiliki pola pikir bahwa dunia ini sedang berada dalam periode " benturan peradaban", dan mereka melihat segalanya dalam benturan peradaban. Sebagian lainnya, melihat dunia dalam bingkai pola pikir periode pikir ekonomi panjang determinisme ekonomi dunia. Berbeda-beda tergantung pola pikir kita. Hasilnya : kesimpulan yang berbeda pula. Intinya ada pada bagaimana kita menerima informasi . Itulah kuncinya" Dari keterangan naisbit kita dapat memperoleh kesimpulan bahwa pemikiran seseorang akan sangat dipengaruhi bagaimana cara ia berfikir dan menerima informasi.
Ada banyak orang/ tokoh yang berhasil karena fikirannya tidak dipengaruhi oleh cara berfikir orang-orang pada masanya atau lingkungannya. Contohnya Albert Einstein, awalnya saat belajar fisika di Polytechnikum, Zurich. Disertasinya ditolak, satu-satunya lulusan diangkatannya yang ditolak mendapatkan pekerjaan akademis. Menurut dosenya ia pintar tapi tidak cukup mendengarkan orang lain. Lewat usaha yang keras, akhirnya di awal tahun 1902, ia diterima sebagai guru sekolah di Schauffhausen dan diterima sebagai penguji hak paten di Bern. Dalam masa pengasingan, pada tahun 1905 Einstein menulis surat kepada temannya pakar matematika Conrand Habicht, temannya guru sekolah di Schauffhausen. Kepada temannya, Conrand Habicht ia meminta agar temannya mengirim disertasinya, sebagai balasannya ia akan mengirim 4 makalah. Makalah pertama berhubungan dengan sinar radiasi dan sifat-sifat energi cahaya, (kedua) penentuan ukuran atom yang sebenarnya, (ketiga) tentang ukuran massa 1/1000 mm. keempat tentang hukum elektrodinamika. Setiap tahunnya Einstein mengirim makalah. Pada saat ia mengirim rumus E = MC², ia mengatakan "kira-kira apakah Tuhan akan tertawa, pasalnya ia secara bercanda sedang membuatku tersesat". Akhirnya dengan rumus ini Einsten berhasil dikenang namanya hingga saat ini. Mengapa Albert Einstein berhasil? karena ia bebas berimajinasi menghubungkan titik-titik yang orang lihat tidak memiliki hubungan dan bersedia untuk dikejutkan oleh hasil apapun yang muncul. Ia fokus pada substansi, bukan ego. Einstein memiliki mindset yang benar-benar original dan tidak terpengaruh. Dari sini lahir ide- ide besar yang mengguncang dunia.
Kisah lainnya adalah Isacc Newton, terlahir dalam kamar sempit tanpa mengenal seorang ayah. Pada masa kecilnya ia termasuk orang yang was-was, kesepian dan tersisihkan. Sebagai remaja Newton muda belum tahu berbuat apa atau melakukan apa, tetapi ia jelas tidak ingin mengembalakan domba atau membajak sawah. Sebuah pekerjaan yang lazin di dikerjakan pada saat itu. Pada tahun 1661 ia di terima di Cambridge University. Pada saat itu universitas Cambridge mengelompokkan mahasiswanya dalam tiga kategori yakni (1) Noblemen ; mahasiswa kaya yang bisa memperoleh gelar tanpa ujian yang sulit. (2) Pensioners : mahasiswa yang bertujuan untuk bekerja pada gereja dan (3) Sizars : mahasiswa yang memperoleh fasilitas dengan cara melayani mahasiswa lainnya, megerjakan pekerjaan rumah tangga, menunggu mereka saat makan dan makan makanan yang tersisa. Newton masuk kategori subsizar. Newton merasakan belajar sebagai bentuk obsesi ; tujuan mulia; pelayanan kepada Tuhan dan sekaligus hal yang membanggakan. Tiga hal yang menarik hatinya adalah Uang, Belajar dan Kesenangan. Namun pada kenyataannya tidak banyak uang dan kesenangan yang ia miliki. Walupun begitu Newton belajar dengan keras, ia tidak terpengaruh dengan kondisi yang ada. Ia membaca karya Aristoteles yakni Organon dan Nicomachean Ethics, mempelajari tentang gerak, membaca karya ilmuwan dan filosof perancis yakni Rene Descartes dan Astronom Italia yakni Galileo Galilei.
Dengan proses perenungan yang panjang dan berfikir ulang Newton banyak sekali menghasilkan karya baru dan merubah paradigma lama dan sangat berpengaruh bagi kemajuan manusia, bahkan Albert Einsten menuliskan komentarnya di Smithsonian Annual Report tahun 1927 terhadap peringatan 200 tahun kematian Isacc Newton : " arti penting prestasi newton bukan hanya terletak pada peletakan basis yang logis bagi mekanika, lebih dari itu menjadi dasar program bagi semua penelitian teoritis dibidang fisika". Pelajaran apa yang bisa kita tarik ? Newton berhasil juga karena merubah mindsetnya. Ia tidak puas hanya menjadi ordinary man pada saat itu yakni mengembalakan domba atau membajak sawah. Ia punya cita-cita besar. Dalam bisnis kita menyebutnya lompatan quantum (quantum leap), sedangkan Gary hamel menyebutnya Radikal Bisnis atau revolusi bisnis.
Bagi mahasiswa yang memiliki mindset bisnis sedikit dikarenakan kondisi sulitnya berusaha karena membutuhkan modal, skill, keberanian menanggung resiko dan keberanian membangun mimpi maka mahasiswa lebih banyak bergantung pada mencari kerja dengan harapan akan memilki posisi yang nyaman dan mapan. Untuk itu diperlukan penanaman nilai-nilai entrepreneur di dalam perguruan tinggi.Penanaman nilai-nilai kewirausahaan bagi banyak orang diharapkan bisa menumbuhkan jiwa kreativitas untuk berbisnis atau berwirausaha sendiri dan tidak tergantung pada pencarian kerja yang semakin hari ketat persaingannya dan berakibat lahirnya pengangguran. Baik pengangguran terbuka atau tersembunyi. Kadangkala jika seseorang mendapatkan pekerjaan secara terpaksa karena tidak adanya pilihan lain maka energi yang ada ( baca : kinerja) tidak teroptimaliasasi dengan baik. Akibatnya malah akan merugikan perusahaan itu sendiri. Padahal untuk pengembangan sebuah bisnis dibutuhkan orang-orang yang punya kreativitas. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang berjiwa kewirausahaan agar mampu mengidentifikasi peluang usaha yang kemudian mendayagunakannya untuk menciptakan peluang usaha baru.Seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi. Motif ini ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Nilai-nilai kewirausahaan sangat penting bagi orang yang akan memulai usaha, sehingga pengusaha akan berusaha untuk menciptakan inovasi dalam bisnis yang dijalankan sehingga produk yang dihasilkan bisa diterima di pasaran sebagai produk unggulan yang dicari konsumen.Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dengan munculnya jiwa wirausaha diharapkan akan terbentuk sebuah mindset (pola pikir) menjadi seorang pengusaha yang mampu menciptakan lapangan kerja, selain itu diharapkan seseorang akan lebih memahami potensi dirinya sehingga akan memiliki visi dan masa depan yang lebih baik, lebih cerah, dan lebih menyenangkan. Dengan memahami potensinya menurut Harefa (2000) maka akan terbentuk sikap-sikap: (1) digerakkan oleh ide dan impian dan lebih mengandalkan kreativitas, (2) menunjukkan keberanian, (3) Percaya pada hoki, tapi lebih percaya pada usaha nyata, (4) melihat masalah sebagai peluang,(5) memilih usaha sesuai hobi dan minat dan mulai dengan modal seadanya, (6) senang mencoba hal baru dan selalu bangkit dari kegagalan, (7) tak mengandalkan gelar akademis.
Bagaimana dengan seseorang yang tidak menjadi entrepreneur (wirausaha) ? misalkan PNS atau Pegawai/Karyawan apakah tidak memiliki jiwa entrepreneur?. Untuk itu yang perlu dikembangkan adalah intrapreneurship. Istilah intrapreneurship pertama kali Diperkenalkan oleh Norman Macrae (1978) diharian The economist. Menurutnya Intrapreneurship adalah situasi yang membangkitkan kondisi kompetisi antar individu seperti antar perusahaan yang sehat. Kemudian Gifford dan Elizabeth Pinchot tertarik dengan artikel ini dan melakukan uji coba dengan membuat sekolah "intrapreneur" di swedia. Hasil ujicobanya dibukukan dalam bukunya yang berjudul "Intrapreneuring" . Melatih sikap intrapreneurship berarti melatih jiwa/sikap entrepreneur dalam diri karyawan seperti displin ditempat kerja, selalu mengembangkan diri, bisa bekerjasama dan menghargai orang lain dsb. 3M adalah contoh perusahaan yang selalu mendorong karyawannya menjadi manusia-manusia pembelajar. Manusia yang ada dalam perusahaannya tidak dianggap hanya sebagai karyawan (employee) melainkan juga sebagai intrapreneur yaitu orang-orang kreatif yang selalu mencipta, mencari cara-cara baru dalam membuat dan memasarkan produk. Agar dapat mencapai budaya intrapreneur perusahaan perlu menciptakan budaya pembelajar alam organisasi ( learning organization). pendapat anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DITUNGGU KOMENTAR ANDA DISINI